Home Artikel Selat Malaka, Dilema Bagi China dan Keuntungan Bagi Indonesia

Selat Malaka, Dilema Bagi China dan Keuntungan Bagi Indonesia

10867
0
SHARE

JMOL. Ada beberapa rute transit utama atau Sea Lane Of Communication (SLOC) menuju Laut Cina Selatan (LCS), yaitu Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok. Sejauh ini, Selat Malaka merupakan SLOC yang paling banyak digunakan untuk menuju LCS dan sebaliknya.

Selat Malaka dan LCS adalah rute pelayaran terpendek, oleh karenanya paling ekonomis, yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Dengan demikian, dari hampir 40 persen dari total perdagangan China (tahun 2016) yang diangkut melalui LCS, dapat dipastikan sebagian besar darinya melewati Selat Malaka.

Gangguan kecil yang bersifat jangka pendek di Selat Malaka, mungkin hanya akan membuat pelayaran tertunda, atau memilih alternatif lain seperti Selat Sunda dan Selat Lombok. Namun gangguan yang besar seperti perang atau blokade laut, akan berimplikasi serius terhadap triliun dolar perdagangan, terutama China.

Dengan kekuatan militernya saat ini, China bisa saja mampu mengamankan situasi di LCS, namun tidak dengan ketiga SLOC di atas. Indonesia menguasai sebagian dari selat Malaka (dan selat Singapura), dan menguasai secara penuh Selat Sunda dan Selat Lombok. Selain itu, AS dan Inggris memiliki pangkalan kapal perang di Singapura. AL India menguasai Laut Andaman yang merupakan ‘pintu masuk’ sebelah utara Selat Malaka.

Baca: Selat Malaka, “Tumit Achilles” Asia Timur

Situasi inilah yang membuat banyak analis meyakini bahwa China akan menjaga hubungan baik dengan Indonesia. Bahkan, ‘mengalah’ pada kasus tumpang tindih ZEE dengan Indonesia akibat klaim 9 Dash Line di timur laut Natuna.

Dilema Selat Malaka di atas akan memaksa China menyetujui Code Of Conduct di LCS bersama ASEAN dan negara-negara lainnya. Terakhir, Dilema Selat Malaka itulah yang memotivasi China untuk mempelopori pembangunan terusan Kra di selatan Thailand. [AQS]