JMOL. Walau masih untuk pelayaran berjarak pendek, secara bertahap moda transportasi laut mulai melirik penggunaan tenaga listrik (Electric Propulsion) sebagai penggeraknya. Baru-baru ini, Port-Liner (perusahaan pelayaran Belanda) membangun dua unit tongkang (barge) dengan penggerak tenaga listrik. Kapal yang dijuluki ‘Tesla Ship’ ini mampu mengangkut 280 kontainer dan akan dioperasikan melayari kanal Wilhelmina di Belanda mulai pertengahan tahun 2018 ini.
Dikutip dari media The Loadstar, pembangunan ‘kapal tesla’ memerlukan biaya sebesar 100 juta euro. Uni Eropa memberi subsidi sebesar 7 juta euro sebagai bentuk komitmen mendukung pengurangan emisi karbon dari pelayaran. Saat ini, terdapat sekitar 7000 unit kapal yang beroperasi pada inland shipping route (kanal, sungai, pesisir) di benua Eropa.
Pada November 2017, China meluncurkan kapal kargo elektrik pertamanya. Menurut China Daily, kapal sepanjang 70 meter tersebut digerakkan oleh tenaga listrik yang bersumber dari baterai lithium-ion berkapasitas 2.400 kWh. Mampu mengangkut 2200 ton kargo dengan jarak tempuh 50 mil dengan kecepatan maksimum sekitar 8 mil per jam. Hanya diperlukan waktu 2 jam untuk mengisi ulang baterai, sehingga dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan bongkar muat.
Pertengahan tahun 2017, situs electrek.co melaporkan bahwa dua kapal fery milik HH Ferries Group (Swedia) tengah dikonversi menjadi kapal bertenaga listrik. Walaupun beroperasi melayani rute Helsingborg (Sweden) dan Helsingör (Denmark) yang hanya berjarak 4 km, namun ukurannya yang besar menjadikan keduanya sebagai kapal ferry listrik terbesar di dunia. Ukuran panjang masing-masing adalah 238 meter dan berat 8.414 ton. Mesin diesel pada Tycho Brahe dan the Aurora, nama kedua ferry di atas, diganti dengan baterai berkapasitas 4 MWh. Setiap tahunnya, keduanya mengangkut 7.4 juta orang dan 1.9 juta kendaraan.
Selain di atas, terdapat banyak inisiatif penggunaan electric propulsion yang sudah (dan sedang) dilakukan oleh pihak pelayaran, yang umumnya didominasi oleh perusahaan-perusahaan asal Eropa. Baik dalam bentuk bangunan kapal baru, maupun konversi dari kapal lama. Ada yang full electric dan CODOE (Combination Diesel or Electric).
Di Indonesia, peluang kapal bertenaga listrik cukup besar karena banyaknya rute penyeberangan antar pulau. Electric propulsion cocok diterapkan pada lapal penyeberangan antar pulau karena berlayar pada rute pendek secara tetap, waktu tempuh yang singkat, dan sehingga memiliki kecukupan waktu untuk pengisian ulang. Dan, tentunya harus didukung oleh -terutama- kebijakan listrik murah, dan sejumlah insentif lainnya. [AF]