JMOL. Kajian awal (Pre Feasibility Study) yang dilakukan PLN, Pavillion dan Keppel, menyebutkan bahwa mendistribusikan LNG ke sejumlah daerah terpencil (remote) di kawasan Sumatera, akan lebih efisien dilakukan dari terminal LNG yang berada di Singapura. Kajian awal tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan Feasibility Study melalui HoA LNG Handling and Small Scale LNG Infrastructure Project pada 7 September 2017. Studi yang lebih rinci dan menyeluruh tersebut akan difokuskan untuk Tanjung Pinang dan Natuna.
Dalam LNG supply chain atau rantai pasok LNG terdapat 4 (empat) aspek yang saling terkait satu sama lain, yaitu produksi, LNG Plant (liquefaction/pencairan), transportasi (pipa atau LNG Tanker), dan penyimpanan dan regasifikasi. Dalam perencanaan rantai pasok LNG yang menyeluruh, ke-empat faktor tersebut akan pertimbangkan secara detil, terutama dari aspek keekonomian.
Dalam LNG supply chain, term daerah terpencil (remote, atau kadang disebut Stranded) adalah daerah yang tidak dilalui jaringan pipa gas, umumnya merupakan pulau-pulau kecil (bukan pulau utama), dan kebutuhan listrik yang kecil (dibawah 50 MW) sehingga hanya membutuhkan pasokan gas yang juga sedikit. Untuk daerah seperti ini, distribusi gas lebih efisien menggunakan konsep Small Scale LNG Supply Chain.
Baca Juga: Small LNG Tanker dan Aplikasinya di Indonesia
Sebagai gambaran, untuk menghidupkan PLTG sebesar 10 MW, dibutuhkan pasokan gas sekitar 2.5 MMSCFD. Untuk memasok gas dalam jumlah sekecil itu, lebih efisen menggunakan small LNG tanker dan dipasok dari terminal LNG yang berada dalam radius maksimal 1000 KM. Jarak Singapura (melalui laut) ke pulau Natuna dan Tanjung Pinang masing-masing sekitar 570 KM dan 100 KM. Sementara, Arun (LNG Terminal) – Tanjung Pinang berjarak hampir 1000 KM. Posisi Singapura berada dalam radius jarak sekitar 500 KM terhadap daerah-daerah remote di Kepulauan Riau.
Di kawasan Sumatera lainnya, untuk PLTG (umumnya berkapasitas di atas 100 MW) yang terletak di pulau utama (pulau Sumatera), distribusi gas dilakukan dengan cara normal. Misalnya, untuk PLTG yang berada di Aceh dan Sumataera Utara, LNG dipasok dari LNG Plant Tangguh melalui kapal LNG Carrier berukuran besar ke fasilitas regasifikasi di Arun (Aceh), dan selanjutnya dialirkan melalui pipa ke setiap PLTG. (lihat tabel)
Sementara, karena berada di daerah yang tergolong remote, PLTG di Tanjung Pinang (16 MW) dan Natuna (20 MW) lebih efisien dipasok melalui jalur laut dengan mengadopsi konsep Small Scale LNG supply Chain. Beberapa lokasi PLTG lainya di kawasan Sumatera yang tergolong remote antara lain, Selat Panjang 15 MW, Tanjung Balai Karimun 40 MW, Tanjung Batu 15 MW, Dabo Singkep 15 MW, Belitung 30 MW dan Bintan 30 MW. [AS]