Home Berita Indonesia Tawarkan e-Navigation di Selat Malaka dan Singapura

Indonesia Tawarkan e-Navigation di Selat Malaka dan Singapura

2706
0
SHARE

JMOL. Pertemuan ke-12 Cooperation Forum (CF) tahun ini digelar di Semarang Jawa Tengah. Dihadiri 129 orang delegasi yang berasal dari sembilan negara dan tujuh organisasi. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi membuka pertemuan pada hari Senin (30/9), ditutup oleh Dirjen Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo, Selasa (1/10).

CF adalah salah satu pilar dari Cooperative Mechanism yang membahas tentang Keselamatan Pelayaran dan Perlindungan Lingkungan Maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura (SOMS: Strait Of Malacca and Singapore). Dua pilar lainnya adalah Aids of Navigation Fund (ANF) dan Project Coordination Committee (PCC).

e-Navigasi regional

Pihak Indonesia menyampaikan beberapa hal seperti isu keselamatan navigasi pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura, perlindungan lingkungan maritim, serta perkembangan terkini tentang penetapan Traffic Separation Scheme (TSS) di Selat Sunda dan Selat Lombok.

Yang paling menarik, Indonesia mengajak Malaysia dan Singapura untuk mengembangkan konsep e-Navigasi regional di Selat Malaka dan Selat Singapura, yang dapat membantu pertukaran informasi antara ketiga Negara Pantai. Indonesia saat ini tengah mengembangkan e-Navigasi di perairan Indonesia, salah satunya melalui kebijakan Wajib AIS.

Sementara untuk isu tumpahan minyak, Indonesia mendesak Negara-negara pantai untuk meninjau dan memperbarui sistem pelaporan kapal pada saat kapal transit di Selat Malaka dan Selat Singapura, terutama kapal yang mengangkut minyak serta barang beracun dan berbahaya. Diperlukan mekanisme untuk mengkolaborasikan laporan limbah laut melalui aplikasi STRAITREP dan Indonesia mengusulkan untuk membentuk sebuah Working Group pada Pertemuan TTEG ke-44 yang akan digelar paska pertemuan CF ini.

Agenda-agenda lain yang dibahas dalam Pertemuan CF kali ini adalah perkembangan beberapa proyek di bawah kerangka kerjasama Cooperative Mechanism, yaitu Straits Project 1 tentang Pemindahan Kerangka Kapal pada TSS di Selat Malaka dan Selat Singapura. Kemudian Straits Project 2 tentang Penggantian dan Perawatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura. Straits Project 11 tentang Pedoman tentang Tempat Pengungsian (PoRs) bagi kapal-kapal yang membutuhkan bantuan di Selat Malaka dan Selat Singapura,. Straits Project 13 tentang Studi terbaru Keselamatan Navigasi Pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura. Terkait Straits Project 2, Indonesia menyampaikan bahwa VTS Batam dan Dumai sudah kembali berfungsi aktif menyediakan layanan yang diperlukan dalam menjamin keselamatan navigasi pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Pertemuan CF digelar setiap tahunnya secara bergiliran oleh ketiga negara pantai atau Littoral States yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. CF menjadi wadah bagi negara pengguna, industri pelayaran serta stakeholder lain untuk duduk bersama membahas segala hal yang terkait keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura. [AF]