Home Artikel HMS Cavalier, Saksi Kegigihan Rakyat Surabaya

HMS Cavalier, Saksi Kegigihan Rakyat Surabaya

4874
1
SHARE

JMOL. HMS Cavalier (R73) adalah kapal perang jenis Destroyer milik AL Inggris yang ikut melakukan bombardir saat pertempuran Surabaya berkecamuk mulai 10 Nopember 1945. Pertempuran yang diakui sebagai pertempuran terhebat di dunia itu menelan korban puluhan ribu jiwa, baik dari pihak Indonesia maupun sekutu (Inggris).

Perang yang berawal dari marahnya sekutu akibat kematian Mayjen Mallaby itu kemudian mengultimatum pejuang Indonesia di Surabaya untuk menyerahkan senjatanya kepada sekutu. Namun, pihak Indonesia sebagai bangsa yang merdeka menolak seruan itu dan bertekad mempertahankan senjatanya sebagai simbol kemerdekaan. Ultimatum yang dikeluarkan pada 9 November 1945 itu menyulut kemarahan rakyat Surabaya karena Inggris mengancam akan membombardir Surabaya dari darat, laut, dan udara.

Pada 10 November 1945, tidak ada satu pun pejuang Indonesia yang menyerahkan senjata. Pada pukul 06.00 waktu setempat, genderang perang terbesar yang dilakukan Inggris setelah Perang Dunia II ditabuh.

HMS Cavalier (R73), kapal perang buatan J Samuel White and Company pada 1943, turut ambil bagian dalam operasi bumi hangus Kota Surabaya. Bersama dua kapal perang Inggris lain, HMS Cavalier (R73) bergerak menuju Pelabuhan Tanjung Perak dan melepaskan berkali-kali rudal pengebom ke basis-basis pejuang Surabaya.

Sekitar Pukul 9:15, milisi Surabaya mendapat kabar bahwa Jakarta menyetujui perang, lalu tembakan pertama kali terjadi di Pasar Turi dari pihak Republik. Di batas-batas kota, rakyat mulai berdatangan memasuki kota. Ratusan ribu orang memasuki Kota Surabaya,

mempertahankan kedaulatan bangsanya yang sedang dihina Inggris dan Belanda.
Pasukan resmi tentara juga mulai mengkoordinasi. Semuanya ikut dalam barisan milisi. Pertahanan Republik langsung dibangun dari arah barat ke timur.

Wilayah Asem Jajar dijadikan wilayah perang pertama antara sekutu dan Republik. Di wilayah ini, pasukan sekutu berhasil dipukul mundur. Beberapa dari mereka tewas ketika pasukan bambu runcing nekat maju dan masuk ke lobang pasir di mana mitraliur ditaruh. Di selatan Pasar Turi, pasukan Inggris menerobos masuk, tapi ditembaki dari gedung-gedung oleh pasukan rakyat.

Pukul 10.12, suara pesawat menderu-deru kencang di langit Surabaya. Inggris mengerahkan pasukan Royal Air Force (RAF) langsung dari pangkalan militernya di Burma. Pasukan RAF yang dikerahkan ini adalah veteran perang Perang Dunia Kedua yang mengebom Berlin.

Mereka mengebom kantor-kantor pemerintahan dan gedung-gedung sekolah. Bila tahun 1940 Inggris dibombardir Jerman, maka Inggris mengulangi kejahatan Jerman dengan membombardir Kota Surabaya. Banyak orang tertembak mati terkena reruntuhan gedung, atau tertembak mitraliur pesawat. Inggris seperti pasukan gila yang mengamuk habis-habisan.

Tapi Inggris belum kenal watak orang Surabaya yang panas. Pasukan rakyat kemudian mengambil beberapa mitraliur anti-pesawat buatan Jepang dan menembaki skuadron pasukan RAF. Dua pesawat tertembak. Salah satunya, seorang jenderal bernama Brigjen Robert Guy Loder Symonds, komandan pasukan artileri yang sedang melakukan survei udara. Jenderal ini kemudian dibawa ke Jakarta dan dimakamkan di Kramat Pulo, Menteng.

Pertempuran makin meluas sampai ke Kali Mas. Di pinggir Kali Mas, pasukan sekutu langsung menggempur pasukan rakyat. Jam 12 siang hari pertama, pasukan infanteri mulai mendarat sekitar 20 ribu orang. Inilah pasukan terbesar Inggris setelah perang dunia selesai dan merupakan perang paling brutal sepanjang sejarah pertempuran pasukan Inggris.

Dari radio, hampir seluruh rakyat Indonesia menunggu laporan-laporan dari perkembangan perang. Mereka menunggu pidato Bung Tomo. Semua mendekatkan telinga di radio.

Pada hari itu juga banyak dari orang-orang Indonesia di tempat lain menyiapkan diri untuk perang ke Surabaya. Sekitar 20 ribu orang Bali bersiap masuk ke Surabaya. Beberapa berhasil  menyusup dan langsung ikut bertempur.

Dari Aceh disiapkan ribuan orang. Di Medan, ribuan orang berkumpul untuk bersiap diberangkatkan ke Surabaya. Di Lombok Mataram, di depan para ulama, rakyat Lombok siap mati dan akan berangkat ke Surabaya. Di Yogyakarta sudah mulai ada pengiriman pasukan. Malang sudah mengirim pasukan. Sementara Jakarta masih menunggu perkembangan dan berharap perang bisa diselesaikan dengan cepat. 

Memutus Jalur Logistik

Di wilayah lain di luar Surabaya, Jenderal Sudirman dan para stafnya memutuskan untuk memotong rantai logistik sekutu. Jadi, 20 ribu pasukan infanteri terlokalisasi dan ‘digebuki’ rakyat Surabaya.

Taktik ini berhasil. Laskar-laskar rakyat di Jawa Barat menghadang pasukan logistik sekutu yang hendak masuk dari arah barat.

Di Malang, gudang logistik pasukan sekutu dihancurkan. Otomatis selama lima hari pasukan sekutu terkunci dari semua pintu masuk kota, sementara ribuan orang Indonesia terus mengalir memasuki kota dengan senjata apa adanya berperang melawan sekutu.

Pasukan sekutu mulai kebingungan, karena logistik tidak ada. Bantuan tempur logistik yang diterjunkan dari pesawat diambil orang-orang Republik, bahkan nyaris tidak ada logistik yang berhasil didapatkan pasukan Inggris. Mereka terkunci dan terkepung oleh seluruh orang Indonesia yang mengitari mereka. Keberadaan pasukan Inggris dari Brigade 49 tinggal menghitung waktu.

Pos pasukan Inggris di mana pun diblokade total. Tak ada listrik, tak ada makanan. Mereka harus berjaga 24 jam agar tidak ditembaki pasukan Republik yang terus-menerus enggan berhenti.

Pada hari kelima, tembakan pasukan sekutu mulai berkurang. Pasukan Inggris kehabisan amunisi. Beberapa orang Surabaya nekat masuk ke pos-pos Inggris dan meledakkan granat. Hal inilah yang ditakutkan tentara Inggris.

Dalam kondisi rusak mental ini, pasukan Brigade 49 mulai berteriak-teriak ke markas mereka di  Jakarta bahwa mereka sudah terdesak.

Begitu pun dengan HMS Cavalier (R73) yang sudah kehabisan amunisinya dan mundur ke Jakarta. Setahun kemudian, pada 1946, kapal ini kembali ke Portsmouth Inggris dan membawa cerita mengenai kegigihan rakyat Surabaya dan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Cavalier dipensiunkan pada tahun 1972, dan sekarang dipamerkan di galangan kapal Chatham, Kent Inggris bersama kapal induk HMS Victory [AN]

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.