JMOL. Pemuatan kargo yang optimal dan keselamatan pelayaran adalah dua hal sangat penting dan menjadi fokus bagi istow, aplikasi stowage plan/loading instrument buatan PT Pranala Digital Transmaritim (Pranala)
Dua minggu yang lalu, dua tambahan sertifikasi internasional disematkan pada iStow: Lloyd’s Register/UK, dan RINA/Italia. Ini melengkapi sertifikasi yang sebelumnya sudah kami terima: BKI/Indonesia, ClassNK/Jepang dan IRS/India.
iStow versi 2 kini dilengkapi fitur-fitur terbaru: stability & strength visual and audio alarms, BAPLIE export-imports, 3D mode, dangerous goods module, Multi-OS (linux, windows, mac, dan android), arsitektur cloud dan kolaboratif dengan akurasi perhitungan sesuai standard IACS. Mengacu pada referensi IACS UR S1 Rev. 7 (May 2010), kapal dengan panjang di atas 65 meter, wajib menggunakan loading instrument.
Baca: istow, Aplikasi Stowage Planning Buatan Dalam Negeri
Tujuan loading instrument seperti istow adalah untuk mengoptimalkan proses pemuatan. Proses perencanaan pemuatan jauh lebih cepat dan meminimasi restows yang memerlukan biaya dan waktu yang tidak perlu. Restow adalah proses muatan dibongkar, lalu dimuat lagi. Ini terjadi karena posisi container salah dan umumnya pada muatan transhipment.
Founder Pranala, Setyo Nugroho berharap dengan bertambahnya pengakuan dari beberapa badan Klas internasional, istow dapat memberi manfaat bagi industri maritim Indonesia. Menurutnya, pengguna istow dari pelayaran dalam negeri sudah mulai bertambah.
“Kapal Meratus dan Samudera mulai banyak pakai iStow untuk aktivitas loading mereka”, kata Setyo.
Selain itu menurut Setyo, software asing yang serupa (a.l. dari China, UK) banyak yang belum memenuhi syarat, seperti belum lulus sertifikasi klas apapun, sehingga kapal tidak bisa ke pelabuhan luar negeri. Akhirnya secara bertahap mulai pindah ke iStow. [AS]