Home Berita Perang Dagang AS – China Belum Berdampak pada Bisnis Pelayaran Global

Perang Dagang AS – China Belum Berdampak pada Bisnis Pelayaran Global

1728
0
SHARE

JMOL. Sejauh ini, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China belum memberi dampak berarti bagi bisnis pelayaran dunia. Overcapacity dan hambatan regulasi masih menjadi tantangan terbesar yang dihadapi pelaku bisnis pelayaran dunia.

Penerapan regulasi IMO Sulphur Global Cap yang membatasi kadar belerang maksimal 0.5 persen (dari 3.5 persen) akan mendorong kenaikan harga bahan bakar kapal (bunker) secara signifikan. Firma riset Wood Mackenzie memperkirakan akan ada tambahan beban sebesar USD 60 miliar dolar bagi sektor pelayaran saat regulasi tersebut diberlakukan pada tahun 2020.

Sementara perang dagang AS – China, hingga saat ini belum memberi dampak yang berarti bagi bisnis pelayaran dunia.

“Di segmen peti kemas belum ada bukti yang memperlihatkan terjadinya dampak yang besar (akibat perang dagang),” kata Esben Poulsson, presiden Singapore Shipping Association, seperti yang dikutip dari CNBC.

Poulsson mengakui pengurangan ekspor kedelai dan bijih besi dari AS ke China telah menimbulkan sentimen negatif, namun pengaruhnya sangat kecil.

Dampak terhadap segmen tanker juga terbatas hanya terhadap ekspor minyak mentah AS ke China yang sebesar 7,7 juta ton per tahun. Data statistik energi dunia oleh BP (Beyond Petroleum), angka tersebut hanya 17 persen dari total ekspor minyak mentah AS ke seluruh dunia,

Maersk line, perusahaan pelayaran peti kemas asal Denmark juga merilis pendapat yang senada dengan Poulsson, walau memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang AS-China tetap berpotensi menimbulkan konsekuensi yang berat bagi perdagangan global.

“Perang dagang AS dan China saat ini hanya berdampak pada rute trans-Pasifik,” kata juru bicara Maersk kepada CNBC. Kebijakan tarif impor baja dan aluminium produk Uni Eropa, Kanada dan Meksiko juga berdampak secara terbatas bagi segmen pelayaran peti kemas global.

Presiden Donald Trump awal minggu ini mengumumkan rencana penerapan tarif tambahan sebesar total 200 miliar dolar terhadap barang-barang produksi China. Setidaknya sebanyak 6000 jenis barang China yang akan terdampak dari kebijakan tersebut, meliputi furnitur, elektronik, produk makanan, bahan kimia, tembakau, hingga besi dan baja. Dampak dari kebijakan teranyar ini akan dirasakan paska bulan September tahun ini.

Namun BIMCO, asosiasi internasional shipowner terbesar, menyebutkan bagaimana pun perang dagang AS -China dapat menciptakan ketidakpastian bagi bisnis pelayaran. Dikutip dari laman Porttechnology, Analis BIMCO Peter Sand menyatakan bahwa perang dagang AS-China menambah ketidakpastian bisnis pelayaran, karena mendistorsi aliran barang, mengubah jalur perdagangan dan menyulitkan keputusan penempatan kapal yang efisien.

Bisnis pelayaran memang bekerja berdasarkan kaidah Ship follow the Trade. Gangguan pada ‘trade’ akan memberi dampak, sekecil apapun. [AF]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.