JMOL. Indonesia dan Tiongkok menandatangani 2 nota kesepahaman dan 5 kontrak kerjasama bisnis pada Jumat (13/4) di Beijing, Tiongkok. Ketujuh kerjasama tersebut ditandatangani dalam seminar yang bertajuk “US$64 Billion Investment Opportunities in Indonesia for Belt & Road Initiative“, dan menjadi momentum penting bertemunya gagasan BRI (Belt & Road Initiative) dan Poros Maritim Dunia.
Dua nota kesepahaman di atas adalah pengembangan kendaraan listrik, dan pengembangan Tanah Kuning Mangkupadi Industrial Park di Kalimantan Utara. Adapun kontrak kerjasama bisnis (B To B) yang ditandatangani terdiri atas: (1) Pengembangan proyek hydropower di Kayan senilai USD 2 miliar; (2) Pengembangan industri konversi dimethyl ethercoal menjadi gas senilai USD 700 juta; (3) Joint venture untuk hydropower plant di Sungai Kayan senilai USD 17,8 miliar; (4) Joint venture pengembangan pembangkit listrik di Bali senilai USD 1,6 miliar, (5) Pengembangan steel smelter senilai USD 1,2 miliar.
BRI alias Belt & Road Initiative adalah nama resmi terbaru dari Maritime Silk Road. BRI meliputi kerjasama dalam bidang infrastruktur, konstruksi, rel kereta api, jalan tol, produk otomotif, real estate, pembangkit tenaga listrik, besi dan baja. Kerjasama internasional BRI diperkirakan melibatkan 68 negara dan mencakup 65% populasi dunia secara langsung maupun tidak langsung.
Sementara, Indonesia dalam mewujudkan Poros Maritim Dunia membentuk gugus tugas khusus yang diberi nama Indonesia Global Maritime Fulcrum Task Force. Gugus tugas IGMF yang dipimpin Menko Maritim tersebut melibatkan Kementerian Koordinator Perekonomian, Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindusterian, BKPM, Menteri Pariwisata, Kemenkominfo, BPPT, dan beberapa pihak lainnya.
Delegasi Gugus Tugas IGMF yang dipimpin Menko Maritim Luhut B Pandjaitan menawarkan kerjasama investasi infrastruktur kepada Tiongkok di 4 koridor ekonomi, dengan nilai investasi mencapai USD 51,930 miliar. Pada koridor pertama adalah pembangunan Kuala Namu Aerocity, dan kawasan industri di Sumatera Utara. Yang kedua pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan kawasan industri KIPI Tanah Kuning di Kalimantan Utara. Koridor ketiga adalah pembangunan Bandar Udara Internasional Lembeh, kawasan wisata Likupang, dan kawasan industri Bitung di Sulawesi Utara. Koridor yang terakhir adalah pembangunan techno park dan jalan tol di Bali. (**)